Friends, I want to thank u, for all that u have done. For friendship,for memories that we share, for growing daily in your love and in your watchful care. And for those special moments, at this very special time, I would like to give u some stories, to express our friendship... Because, I know that though the years go by too quickly, and our hearts are rearranged, this friendship will always stay the same in my heart!!! Enjoy the stories!!!!

Thursday, April 3, 2008

-The Past-

PS: Karena gw lupa taro di awal, gw taro di sini dhe.. hehe.. Cerita ini fiktif belaka, nama-nama ato kejadian yang serupa benar-benar tidak disengaja.. ^^ Hope u still enjoy it though.. Hehe..

****

Cerita sebelumnya..


Tiba-tiba lagu Hakuna Matata mengalun.. Huh..? Ada yang menelepon pagi-pagi seperti ini? Siapa gerangan..? "Halo...?" begitu kataku.

Lanjutan..

Terdengar suara yang familiar itu berkata, "Feriii!! Udah siap belom lu??" Oh iya, sudah seharusnya aku tahu.. DIA yang menelepon.. ya, dia, seorang Felina Chandradinari. The perfect girl. Setidaknya buatku, dengan segala nilai bagusnya walaupun di pundaknya tergantung beban dari begitu banyak aktivitasnya. Cantik lagi. Dia juga yang membuatku bisa pergi menggapai impianku. "Iya iya! Sabar gw lagi mau jalan!" sahutku segera. "Ya sudah gw tunggu di tempat langsung aja yah! Cepetan loh beneran." begitu balasnya. Segera aku berjalan, tetapi pikiranku mulai melayang kembali ke masa-masa SMA dulu.. Ya, masa-masa itu..

2 tahun yang lalu..

"Heei! Ferr, makan mulu. Masih pagi nih!" satu suara menyentakkanku, sementara Felina, sang pemilik suara kini mengambil posisi duduk di depanku, "dah ngerjain PR belum?"

"Udah lahh.. Gila aja. Mana berani berulah gw pas Pak Soleh balik.. Apalagi sejak guru piket itu marah.. Bisa berabe.. Sensi banget tuh dia sama angkatan kita.. Lu sendiri?" 

"Iyaa!! Makanya gw juga ngerjain.." ujar Felina terkikik sambil mengambil sebutir baso goreng di hadapannya. "Ngomong-ngomong, udah deket kelulusan nih. Lu jadinya kuliah mana?" begitu tanyanya. 

"Haduh.. Gw juga masih bingung.. Kayaknya sih kalo gak di Aussie ya di Singapur, walaupun sebenernya gw maunya di Jerman aje, jadi dokter," begitu jawabku sambil menyeruput teh botol.

"Ohh.. Gara-gara nyokap yah..?" tanyanya hati-hati. "Iya.. biasa lah nyokap kayak gitu" ujarku tertawa hambar. "Lagian juga gak terlalu rugi kok di Singapur atau Ausie, soalnya kan deket rumah, jadi gampang balik Indo juga kan" kataku menghibur diri. "Udah ah tentang guenya. Lu sendiri bakal kuliah di mana?"

"Kalo gw mah kemungkinan besaaarrr banget bakal di Singapur" ujarnya sambil mengayunkan tangannya ke atas membentuk lingkaran. "Soalnya, saudara-saudara gw beberapa ada yang di sana." lanjutnya sambil mengambil sebutir lagi baso goreng, entah yang keberapa. 

"Wah kalo gitu mah enak. Emang di sana lu mau ngambil jurusan apa?" tanyaku lebih lanjut sembari meletakkan sendok garpu di piringku yang sekarang sudah kosong melompong. Nasi goreng yang tadi kupesan sudah habis, bersih tak bersisa. 

"Maunya sih ambil business, moga-moga aja dapet dhe. Kalo gak bisa pusing tujuh keliling gw nyari sekolah lagi." 

"Ohhh," sahutku. "Yuk jalan yuk, bentar lagi harusnya bel bunyi nih." kataku lagi.

"Iya iya. Yuk." balasnya. Kami berdua berjalan menuju ke meja Mang Udin. "Mang, jadi brapa?" tanyaku. "Itu jadi delapan ribu buat kamu, sama empat ribu buat neng geulis" teriaknya sambil cekikikan. "Ih Mang Udin bisa aja." kata Felina sambil meletakkan empat lembar uang ribuan ke meja. Kuletakkan uang sepuluh ribuan sambil berkata," Nih mang, nanti sisanya nabung buat besok dhe." "Ya udah, tapi gak ada bunga loh yah." balasnya. Aku hanya tertawa mendengarnya dan berjalan menyusul Felina yang sudah meninggalkanku terlebih dahulu.

Kriiingggg.. "Wah bel udah bunyi, cepetan dikit Fer!!" teriaknya. "Iya iya. Lu jalan duluan aja!" begitu balasku. "Ya sudah, nanti istirahat panjang makan bareng ya!" teriaknya lagi sembari berlari menuju kelasnya. Tak kujawab teriakannya yang terakhir. Percuma, begitu pikirku. Aku berlari menuju ke kelas dan segera duduk di bangkuku. Pak Soleh datang dan mulai memeriksa PR yang dikerjakan anak-anak satu per satu. Pada saat giliranku akupun maju.. 





Dan..




...





BRAK!



Suara itu membuyarkan lamunanku, membawaku kembali ke masa ini. Segera aku memalingkan kepalaku ke belakang dan mengecek apa yang terjadi. Oh, hanya seekor kucing yang menabrak tong sampah di depan hall. Kupercepat langkahku, tetapi tak berapa lama, pikiranku kembali melanglang buana. Aku menyadari sejak dulu aku memang kagum padanya. Ketua OSIS cewek pertama di sekolahku dulu, dengan segala kesibukannya, masih sempat-sempatnya makan bersamaku setiap kali istirahat panjang. Jangan salah, dia sudah punya pasangan waktu itu, hanya saja berasal dari sekolah lain. Michael namanya. Teman masa kecilku juga sih, jadi dia juga tahu kalau aku memang selalu makan dengan Felina, dan tidak ada masalah apapun yang terjadi. 



...




Oh well, iya iya.. Memang ada isu-isu yang sempat beredar di antara teman-temanku di sekolah, tapi pada akhirnya, malah Michael yang mengklarifikasinya sendiri di hadapan mereka. Yah, memang banyak hal tentang persahabatan kami yang tak mungkin kuceritakan di sini, tetapi kami bertiga memang teman dekat sejak Felina jadian sama dia. In the end, akhirnya mereka berpisah karena keduanya sepakat tidak mungkin menjalani hubungan jarak jauh. Dan yang lucu, atau mungkin malah aku syukuri, aku malah diterima di Singapur juga, dan ditolak di Aussie, membuatku tidak dapat memilih tidak pergi ke sini.

Ya, di sinilah kami, aku dengan perasaanku yang "terjebak" di pulau kecil yang hanya berupa sebuah titik di peta dunia, dan Felina yang selalu memandang hidup dengan positif, apapun yang terjadi. Di tempat ini pula rasa kagumku makin menjadi-jadi. Dengan segala kegiatannya itu, semua kegiatan klubnya itu, ia masih dapat mengatur waktu dengan sangat baik, dan masih saja berteman dekat denganku, walau teman-temannya banyak yang jauh lebih baik daripada aku. 

"Taro di sini lampunya. Sound system udah siap belom?" sayup-sayup terdengar teriakan itu. Di kejauhan kulihat dia, sedang mengatur persiapan untuk acara. Yah, akupun harus mulai mengerjakan tugasku sebagai sie perlengkapan. Segera ku berlari ke sana, dan melakukan perintah-perintahnya dengan sigap.


to be continued..




Prologue

Hujan besar di pagi buta itu baru habis berlalu. Teras rumahku masih basah, rumput-rumput di sepanjang halaman depan dipenuhi bintik air dan tampak berkilau diterpa cahaya mentari yang sudah berani mengintip di ufuk timur. Sementara itu aku duduk di kursiku dengan tenang, menikmati hangatnya segelas teh sembari browsing internet setelah renungan di pagi yang dingin ini.
Pikiranku melayang pergi entah ke mana, sama seperti setiap kali hujan datang, dengan sedikit terpaan angin pagi yang membuatku menggigil. Dengan malas-malasan aku bangkit berdiri dan menutup jendela itu, walau tidak sepenuhnya, supaya udara segar ini tidak hilang begitu saja. Setelah itu, kubalikkan badan dan setengah terpana melihat kondisi kamarku sekarang. Dengan segera aku bertindak membereskan segala sesuatunya. Pindah buku ke sana, taruh lecture notes di dus, rapikan tempat tidur, semuanya itu kulakukan. Setelah yakin tidak ada lagi yang bisa aku lakukan, aku putuskan untuk mandi terlebih dahulu, dengan keyakinan tidak ada yang akan online sepagi ini.
Selesai mandi, kunyalakan MSN dan mengubah status defaultku yang appear offline itu menjadi online. Dengan segera mataku menjalankan tugasnya tiap hari, men-scanning layar komputer di depanku. Sayangnya, karena tak ada satupun nama yang berstatus online dari sekian ratus nama yang ada di list, sehingga sesaat kemudian kumatikan komputerku, lalu aku bangkit dari kursiku, beranjak pergi, mengingat waktu sudah mulai mengejarku.
Geez. Aku benar-benar harus mengurangi jumlah kegiatanku. Masakan seorang mahasiswa tingkat 2 seperti aku ini harus berangkat pergi untuk mempersiapkan segala perlengkapan acara sejak jam 7 pagi di hari LIBUR-ku? Terkadang aku merasa terlalu sibuk seperti sekarang ini, tetapi di lain waktu akupun merasa bingung apa lagi yang harus aku kerjakan. Sepertinya aku juga harus mengatur waktuku dengan lebih baik. Tapi setidaknya sekarang aku bisa melupakan fakta bahwa sebentar lagi aku harus pergi dari tempat ini, dari universitas ini, karena aku akhirnya bisa diterima di Jerman. Meraih impianku, menjadi seorang dokter!! Seneng sih jelas, tapi entah kenapa, aku merasa berat meninggalkan teman-temanku di sini. 

Tiba-tiba lagu Hakuna Matata mengalun.. Huh..? Ada yang menelepon pagi-pagi seperti ini? Siapa gerangan..? "Halo...?" begitu kataku.

To be continued..

Yak.. Blog baru LAGI..

Well.. Blog baru LAGI neh... huhu.. Soalnya banyak yang di blogspot dan ga bisa dikomen kalo ga punya g-mail account.. Daripada nanggung mending bikin blog baru sekalian.. *ngakak* Plus, di sini bisa pasang lagu, sementara di friendster ga bisa.. ^^

Buat ini blog, kenapa dipindah ke sini?? Errr.. Kalo boleh jujur, design layoutnya blogspot jauuuh lebih bagus ketimbang friendster, sementara design layoutnya multiply errr.. sulit dimengerti.. >.<>